Popular

Senin, 07 Maret 2011

Mang Jahar ; Orang Pesisir Pantai Penusuk

Mang Jahar
 Semilir angin pantai penusuk yang berhembus sepertinya tidak mengusik konsentrasinya, jari jemarinyan bergerak lincah merajut benang-benang nilon mengaitkan antar bagian hingga menyatu lagi. Sesekali berhembus asap rokok yang mengepul terhembus dari mulutnya.
“Ini jaring teman mamang,  dititipkan disini untuk diperbaiki karena dia pulang ke Madura apalagi sekarang angin laut sedang kencang-kencangnya jadi tidak melaut” kisahnya menjawab pertanyaan kami. Mamang Jahar adalah salah satu penduduk yang tinggal dipesisir pantai Penusuk, sehari-hari mata pencahariannya adalah melaut, selain itu Mang Jahar juga berkebun di sekitar rumahnya, terlihat ada semangka, kacang, cabe dan tanaman palawija. Kehidupan masyarakat pesisisr yang sederhana, walau di pesisisr pantai ini jarang para nelayan bertempat tinggal, biasanya hanya sebagai tempat singgah. Tapi Mang Jahar dan Keluarga nya tetap bertahan tinggal di sana.
Merajut Jaring Ikan
“Mamang sudah lama tinggal disini, rumah ini dulunya terletak diujung sana tapi diangkat kesini karena pasang air laut makin dekat” ujarnya lagi seraya tanganya menunjuk kearah pantai yang berjarak 25 meter dari rumahnya. Sejenak kami terpaku menatap rumah tempat kami duduk, berapa orang yang mengangkat rumah ini untuk pindah sejauh itu hehehe…
Pantai Penusuk
Dengan lancar sesekali beliau menjawab pertanyaan kami mengenai pulau-pulau di sekitar penusuk. Ternyata pulau-pulau indah tersebut dapat di tempuh menggunakan perahu nelayan sekitar  dengan biaya Rp. 10.000,-/orang  sekali jalan. Sayangnya kami tidak bisa menyebrang dikarenakan angin dan ombak yang lumayan kencang hari itu dan tidaka da nelayan yang berani menyeberangkan. Tak jauh dari tempat  Mang jahar merajut jaring  terlihat jembatan yang hanya setengah, mungkin dimaksudkan untuk membangun dermaga. Menurut Mang Jahar bangunan itu adalah proyek pemerintah yang terhenti karena kekurangan dana.  Hmmm…sangat disayangkan, perahu nelayanpun ditambatkan di tiang-tiang kayu di  pesisir pantai yang ada.
Kehidupan yang keras sebagai nelayan tak menyurutkan semangt Mang Jahar untuk berusaha bertahan diPesisir Pantai. Selain Karena tak punya rumah di tempat lain, terlihat dari hasil-hasil kebun yang ada untuk menghidupi keluarganya. Semangat yang turun dari nenek moyang kita pelautlah yang mungkin di warisinya. Semoga Tuhan melihat apa yang beliau usahakan sehingga memberik akrunia yang tak ada habisnya.

Minggu, 06 Maret 2011

Belinyu : Indahnya Pesona Pantai Utara Bangka

Rumah Tradisional di Belinyu

Belinyu, yang berjarak 90 km dari kota Pangkalpinang terletak di utara pulau Bangka, kesanalah tujuan  wisata kami kali ini. Meluncur pukul 08.00 WIB pagi dari kota Pangkalpinang  tiba pukul 11.15 WIB di Kota Belinyu. Dan Pemandangan kota lama pun mendominasi wajah kota Belinyu, beberapa bangunan tua dengan ciri khas arsitektur gaya belanda dan rumah panggung tradisional  menjadi sesuatu yang tak sulit ditemukan di kota ini. Kendaraan kami pun dengan lancar meluncur menyelusuri destinasi-destinasi wisata di Belinyu.

Pantai Romodong 
Pantai Romodong
 Wisata di Bangka tak jauh dari pantai, walaupun karakter pantai-pantai yang ada hampir sama selalu ada yang  menjadi ciri khas tiap-tiap destinasi wisata bahari yang ada di Pulau ini. Seperti halnya  Pantai Romodong yang merupakan salah satu destinasi Populer di antara deretan pantai di utara Pulau Bangka . Dua Batu Granit setinggi  ± 10m yang mengapit jalan masuk munuju Pantai Romodong seakan menjadi gapura pintu selamat datang bagi pengunjung yang datang, Pantai  landai sejauh 800 meter ini berpasir putih dan beberapa batuan granit menyembul di atas permukaan laut. Sayangnya beberapa bekas reruntuhan bangunan dan sampah memberikan kesan kotor dibeberapa bagian pantai.

Pantai Penusuk

Pantai Penusuk
 Memasuki kawasan pantai penusuk dari kejauhan sudah terlihat hamparan birunya laut, diantara pohon kelapa dan ilalang yang tumbuh liar di lapangan landai yang memisahkan antara badan jalan dengan Pantai Penusuk. Setelah melewati jalan yang menurun, terlihatlah pesona indah Pantai Penusuk yang di dominasi Tumpukan batu granit dikanan kirinya sehingga membentuk sebuah ceruk  berpadu dengan hijaunya perpohonan pesisir pantai yang tumbuh diantara sela-sela bebatuan granit. 
wajah lain penusuk
bagus untuk spot2 fotografi hehe

Berbeda dengan Pantai Romodong, Pantai Tanjung Penusuk dipenuhi para pengunjung yang bersantai bahakan terlihat beberapa penggemar fotografi yang mengabadikan keindahan dan pesona alam yang ada. Tampak beberapa warung kecil yang memudahkan pengunjung untuk mendapatkan makanan dan minuman sambil bersantai menikmati segarnya pemandangan pantai. Dari sini terlihat beberapa pulau-pulau kecil yang dapat disebrangi dengan menggunakan perahu nelayan, biasanya  dengan biaya Rp. 10.000,-/orang sekali jalan. Uniknya tak jauh dari pesisir pantai beberapa penduduk menanam semangka dan berkebun untuk kebutuhan sehari-hari.

Pantai Pesaren
Pantai Pesaren
Berada di antara perkampungan penduduk, Pantai pesaren tidak terlalu terlihat dari jalan raya, sepanjang pantai penuh dengan perkampungan nelayan yang dihuni oleh masyarakat keturunan china, terlihat dari kain-kain merah dengan tulisan-tulisan china yang menghiasi setiap atas pintu rumah. Hewan ternak pun berkeliaaran bebas, terlihat ada beberapa anak babi berlarian di perkarangan penduduk. Pantai yang luas dan landai ini memiliki air yang jernih dan perahu-perahu nelayan  yang berada di tepi pantai menambah indahnya pemandangan. 

Pantai Batu Dinding
Batu Dinding
Mungkin dibeberapa brosur wisata, kawasan ini tak akan anda temui. Akan tetapi cukup popular di kalanngan masyarakat belinyu, setelah bertanya kepada penduduk setempat kami pun tiba di Pantai Batu Dinding. Papan nama “ KEBUN BEBAS SAMPAH” dan sign dilarang berburu menyambut kami dipelataran parkir pantai batu Dinding, yupss… tempat kami berkunjung kali ini sebenarnya awal mulanya adalah kelekak (kebun) penduduk. M. Rifa’I,  Sang pemilik yang merupakan ahli waris adalah pecinta  lingkungan yang kemudian merawat dan memelihara kebun tersebut menjadi taman yang selanjutnya dikarenakan banyaknya pengunjung yang datang membangun sebuah rumah kebun yang biasa di sebut villa oleh pengunjung  dua tingkat diarea taman tersebut. Dari bukit berketinggian sekitar 15 meter itulah terlihat luas hamparan laut biru membentang, disudut barat ada batu granit besar setinggi kurang lebih 10 m membentuk dinding batu. 
Ciri Khas Dinding Batu
Panorama dari batu dinding

Sunset di Pelabuhan Tanjung Gudang
 Untuk memasuki kawasan ini tidak ada retribusi, hanya saja anda bisa mendonasi bantuan kekotak yang ada di pintu masuk.  Tampak beberapa aktivitas pengunjung bersantai menikmati pesona Pantai batu dinding.
Makanan Khas
Kalo ditanya apa oleh2 yang bisa dibawa dari kota Belinyu,  hmmm….kita bisa membeli kemplang panggang atau menikmati otak-otak panggang. Kekayaan hasil laut membuat kota Belinyu terkenal dengan makanan-makanan yang berbahan baku ikan. Tapi  ada juga kue semprong, kue kering  renyah, tipis dan manis yang ga' kalah enaknya. Beberapa makanan khas Bangka bisa anda temui di banyak toko oleh2 yang ada disepanjang jalan di dalam kota.

Tips :
-    Jika ingin berlibur kesini, gunakan kendaraan pribadi atau rental saja kendaraan karena akses transportasi ke lokasi sangat terbatas.
-   lebih baik lagi kalo anda membawa guide local atau teman yang mengenal seluk beluk destinasi wisata dikota ini karena tidak ada petunjuk arah menuju kawasan.

Sabtu, 05 Maret 2011

Pantai Batu Dinding : Kebun Bebas Sampah Atok Rifa'i....

Kebun Bebas Sampah
Mata saya langsung tertambat dengan plang disebelah kiri pintu masuk yang menyambut kami sebelum memasuki perkarangannya 

“KEBUN BEBAS SAMPAH”

tertulis dengan jelas disana dan disebelahnya ada sign dilarang berburu. Dengan tak sabar turun dari kendaraan yang membawa kami melewati jalan yang lumayan membuat badan disko alias rusak untuk segera melihat keindahan Pantai Batu Dinding yang sudah lama terdengar pupularitasnya itu. Hmmm…kaki pun melangkah lebih jauh memasuki area kebun bebas sampah dan waww….laut lepas membiru dengan tumpukan bebatuan yang setinggi 15 meter menyambut di depan mata, Pantai Batu Dinding, Belinyu akhirnya kita bertemu juga.
Pantai Batu Dinding
Pantai Batu Dinding terletak kurang lebih 3 km dari Kota Belinyu, sayangnya tidak ada petunjuk arah ke kawasan tersebut. Akan tertapi sepertinya sudah cukup popular  dikalangan penduduk Belinyu, kami pun menggunakan istilah “malu bertanya sesat dijalan” untuk menemukan pantai tersebut. Setelah bertanya ke beberapa penduduk setempat akhirnya sampai juga kelokasi…hehehe..
Seorang kakek tua berumur sekitar 70an menyambut kedatangan kami,  keramahannya yang menjelaskan tentang Pantai Batu Dinding mengalir lancar dari ceritanya tentang asal muasal pantai ini. Ternyata kakek pemilik nama Muhammad Rifa’i ini adalah sang pemilik lahan seluas 1 ha dimana  Batu Dinding berada. 

Atok Rifa'i
Penghargaan Citra Pratama
“Tahun 1947, tempat ini adalah kelekak milik orang tuaku, kami dulu kecit-kecit sering dibawa gi bekebon disini” (Tahun 1947, tempat ini adalah kebun milik orang tuaku, kami dulu waktu kecil sering di bawa berkebun disini) jelas Atok Rifa’i mengenang masa kecilnya, area yang kini menjadi sebuah taman indah ternyata dikelola sendiri oleh kakek yang masih terlihat kuat ini. Tanaman buah-buhan juga ditanam disini. Tinggal sendiri di villa atau rumah kebun yang dibangun pada tahun 1993 dan merawat taman  sekaligus kebub di Pantai Batu Dinding adalah aktivitas kesehariannya. Pantai Batu Dinding pun ramai dikunjungi orang-orang, yang sebagian tidak tau bahwa sang kakek adalah sang empunya rumah.  Sejauh mata memandang laut yang membiru menyegarkan mata dari atas bukit kepunyaan Atok Rifa’i. apalagi dilihat dari atas lantai dua rumah kebun yang dibangun disitu. Taman-taman terawat dengan rapi dan bersih dari sampah.  Terlihat beberapa pengunjung menikmati sambil menggelar alas tikar menikmati pemandangan yang mempesona dari Pantai batu Dinding. 

aktivitas pengunjung
Berfoto ria
 “atok ni seneng kalo urang datang maen kesini, tu lah terpikir buat rumah kebun disini untuk orang yang berkunjung. Tapi sampah-sampah jangan dibuang sembarangan, tetep menjaga lingkungan jadi kelakpun anak cucu kite agik pacak ningok. Banyak yang datang kesini, Orang kemah, foto-foto, yang foto pre-wedding juga sering disini tapi nyelonong-nyelonong bai dak de ngasih tau atau minta ijin mungkin dikira atok ne cuman  penunggu” ceritanya lagi menyesali ketidak sopanan sebagian pengunjung yang tidak minta ijin melakukan kegiatan di Pantai Batu Dinding dengan asal nyelonong saja.
Batu Dinding
Yups…solidaritasnya terhadap lingkungan sungguh membuat saya kagum, pantaslah Atok Rifa’i mendapatkan  penghargaan citra pratama dari Bupati Bangka sebagai salah satu Pelestari Lingkungan. Tidak ada biaya masuk kearea ini, hanya ada sebuah kotak untuk para donator yang secara sukarela ingin membantu. Ayah dari 6 orang anak ini berharap ada kepedulian dari Pemerintah Daerah untuk membantu pengembangan kawasan ini.  Terutama perbaikan jalan menuju kawasan.  Mirisnya sebuah Kapal keruk parkir dengan angkuhnya tak jauh dari Pantai ini, mengeruk kekayaan bumi dan menyebabkan air mulai keruh. Hufh……Indahmu yang mempesona semoga selalu terjaga dengan lebih banyak orang yang peduli terhadap lingkungan dan wisata kita seperti Atok Rifa’i….